Kemanakah kamu
hendak berjalan bersamaku, hei yang cantik luar biasa?
Sampai kapankah
aku akan mengikutimu di atas jalan yang kasar, yang ada di antara tebing-tebing
batu, yang penuh dengan duri-duri, yang kita daki dengan kaki kita menuju
puncak ketinggian dan yang membawa kita turun ke dasar lembah yang terdalam?
Aku telah berpegang erat pada ujung pakaianmu dan berjalan di belakangmu
seperti anak kecil yang berjalan di belakang ibunya, sambil melupakan
mimipi yang terjadi padaku,
berjalan berputar-putar menggapai keindahanmu, meghalau arak-arakan awan yang
berterbangan di sekitar kepalaku dan tertarik oleh kekuatan yang bersembunyi
dalam tubuhmu.
Berhentilah
sejenak agar aku melihat keelokan wajahmu, tataplah aku lekat-lekat agar aku
melihat dalam matamu itu rahasia-rahasia hatimu dan aku mengerti akan roman
wajahmu yang menyiratkan ratapanratapan jiwamu.
Berhentilah
sebentar hei yang memepesona,aku telah bosan berjalan dan jiwaku telah
gemetaran karena kengerian-kengerian yang ada di jalan ini. Berhentilah, kita
telah sampai di penghujung jalan di mana kematian akan memeluk kehidupan, dan
aku tidak akan menempuh jalan lain sampai jiwaku mengerti akan
kehendak-kehendak jiwamu dan hatiku memahami isi lorong hatimu.
***
Dengarkanlah hei
peri yang mempesona.
Kemarin aku
adalah burung yang bebas, aku berpindah-pindah di antara sungai-sungai dan aku
berenang di angkasa dan di astas pucuk-pucuk ranting-ranting. Dan saat sore
hari aku mengimpikan istana-istana dan haikal-haikal yang ada di kota awan
warna-warni yang dibangun oleh matahari saat senja hari dan merubuhkannya
sebelum terbenam. Bahkan kemarin
aku seperti ide, aku berjalan sendirian di belahan
timur dan belahan barat bumi,
bergembira dengan keindahan-keindahan hidup dan kenikmatan-kenikmatannya,
menguraikan lipatan-lipatan wujud dan rahasia-rahasianya.
Bahkan kemarin
aku seperti mimpi, aku merayap di bawah sayap malam dan aku masuk ke dalam
bilik gadis-gadis perawan malalui celahcelah jendela lalu aku memain-mainkan
perasaan mereka, kemudian aku berdiri di samping ranjang pemuda-pemuda lalu aku
terbang-terbangkan hasrat-hasrat mereka, kemudian aku duduk di dekat
balai-balai orang-orang tua renta dan aku buai-buai pikiranpikiran mereka.
Dan hari ini,
setelah aku bertemu denganmu hei peri yang mempesona, dan aku telah terkena
racun yang melekat di kedua tanganmu, aku telah menjadi seperti tawanan, kamu
tarik ikatan-ikatanku ketempat yang aku tidak mengenalnya, bahkan menjadi
seperti orang mabuk karena kebanyakan minum arak yang merampas kehendakku dan
genggaman telapak tangan yang menyambar wajahku
Tetapi,
berhentilah hei peri yang mempesona sebentar saja, dan lihatlah
kekuatanku yang telah pulih dan
ikatan-ikatan yang ada padaku yang mengikat kedua kakiku telah terputus dan aku
telah pecahkan gelas yang dari gelas itu aku telah meminum racun yang kamu
anggap baik. Lalu apa yang kamu mau untuk kami kerjakan dan di atas jalan mana
yang kamu kehendaki untuk kami lalui?
Telah aku tarik
kembali kebebasanku, karena itu apakah kamu rela terhadapku sebagai teman yang
merdeka, terbang berputar-putar menuju wajah matahari dengan membawa
pelupuk-pelupuk mata yang beku da menggenggam api dengan jari-jari tanpa merasa
gemetaran?
Aku telah
bentangkan sayapku yang kedua karena itu apakah kamu mau menamaniku
menghabisakan waktu dengan terbang seperti burung nazar melintas di antara
gunung-gunung dan melewatkan malam dengan mendekam seperti singa di padang
rumput?
Apakah kamu
merasa puas dengan cinta seorang lelaki yang menjadikan cinta sebagai teman dan
apakah kamu merasa segan dengan cinta itu sebagai seorang tuan?
Apakah kamu bisa
menerima cintanya hati yang kehausan, yang tidak tunduk, yang menyala-nyala
namun dia tidak mencair?
Apakah kamu
merasakan ketenangan bersama keinginan-keinginan jiwa yang gemetaran di depan
angin kencang namun dia tidak rubuh, dan terbang bersama angin
puyuh namun dia tidak terpental
dari tempatnya?
Apakah kamu rela
menganggap aku sebagai sahabat yang tidak menindas dan tidak pula ditindas?
Kalau begitu satukanlah kedua tanganku ini dengan kedua tanganmu yang indah
itu, dan tubuh ini peluklah dengan kedua lenganmu yang lembut
itu, dan mulutku ini ciumlah
dengan ciuman panjang lagi dalam yang mengulum kalbu.
